Rabu, 11 September 2019

Perjalanan kedua "Mt. Prau"



            Perjalanan kedua saya kali ini pergi ke sebuah gunung yang ada di Jawa Tengah tepatnya di desa Dieng, Wonosobo yakni Gunung Prau.


            Kali ini saya pergi bersama salah satu teman kuliah saya yang berencana untuk pergi ke Dieng bersama teman kampung-nya di Majenang, Jawa Tengah. Bermodalkan sepeda motor, kami berencana untuk melakukan touring kecil-kecilan kesana.

*September 2018
Akhirnya berangkatlah saya dari Tasikmalaya pukul 10 pagi bersama rekan kuliah saya kerumahnya di Majenang untuk sekalian istirahat dan menunggu rekan tim yang lainnya berkumpul. Setelah semuanya telah berkumpul kami-pun berangkat dengan formasi tim 6 orang. Pada pendakian kali ini saya terkadang bingung dengan apa yang mereka katakan karena saya tidak paham dengan perbincangan mereka yang notaben-nya menggunakan bahasa jawa, sedangkan saya memang tidak bisa bahasa jawa. Ditambah lagi saya harus cepat belajar beradaptasi dengan orang yang baru karena memang saya tidak mengenal dengan ke-4 orang lainnya tersebut, tapi sungguh itu sangat menyenangkan bagi pribadi saya sendiri yang menyukai dengan orang-orang baru.
Singkat cerita akhirnya kami telah sampai di Basecamp pendakian Gunung Prau pada pukul 08.00 malam, dengan estimasi waktu dari Tasikmalaya-Dieng kurang kebih sekitar 8 jam’an.



Lega sekali akhirnya saya bisa segera menselonjorkan badan yang sudah terasa amat pegal ini. Dari sekian banyak jalur yang ada di gunung Prau, kami mengambil jalur Via Dieng. Setelah istirahat dirasa cukup dan badan mulai fit kembali, kami-pun memutuskan untuk memulai trekking pada jam 10an dan melakukan perjalanan pada malam hari.
Cuaca hawa dinginnya Dieng perlahan mulai terasa seperti mengelucuti seluruh badan, nafas saya pun mulai terasa cukup ngos-ngosan maklum lah hehe, dan akhirnya tibalah kami di pos1. Setelah duduk sebentar kita melanjutkan kembali perjalanan, karena terlalu lama beristirahat justru tidak baik juga untuk badan karena udara dingin yang terasa akan lebih membuat kita kegigilan jika kita terus berdiam diri terlalu lama.

Tak lama kemudian kami tiba di pos 2-3 dan sampai dilokasi untuk camp sekitar jam 1 malam, kemudian kami segera mendirikan tenda. Tak terasa memang, karena estimasi trekking Gunung Prau memang tidak terlalu lama ditambah lagi jalurnya yang cukup bersahabat untuk seorang pemula seperti saya. Dengan melihat pemandangan yang cukup indah-pun seakan dapat menghilangkan rasa lelah saya karena melihat bayang-bayang kerlip lampu di sekitar kawasan Dieng.



Setelah tenda berdiri kami langsung segera mengisi perut dan menghangatkan badan dengan kopi, dll. Tak lama dari itu kami mulai beristirahat dan berencana untuk melihat sunrise di pagi harinya.
Dan booooom.....

Sungguh pemandangan yang sangat indah melihat lautan awan terhampar di depan mata saya sendiri, ditambah pemandangan Gunung Sindoro Sumbing yang berdiri gagah tepat di depan hidung saya membuat suasana pagi hari ini terasa seperti mimpi dan tak ingin untuk dilewati begitu saja. Dinginnya pegunungan Dieng kini mulai berubah setelah memandangi indahnya mentari pagi yang mulai menyengat tubuh dan cukup menghangatkan badan, kini perut-lah yang mulai terasa menggerutu karena mulai terasa lapar. Akhirnya kami mulai memasak dan bersiap untuk makan. 


Dinginnya dieng kini berganti menjadi panas teriknya mentari yang sangat terasa menyengat kulit dan tubuh. Singkat cerita setelah kami beres makan dan bersenda-gurai, kami turun pada pukul jam 1an. Setelah sampai di basecamp kami beristirahat dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan yang cukup panjang kembali. Rasa lelah yang terasa setelah naik gunung bahkan belum hilang tetapi kami tetap harus segera pulang dengan mengendarai sepeda motor pada sore-malam hari ini.


Singkat cerita setelah saya melewati perjalanan yang panjang, saya pun tak kuasa untuk menahan rasa lelah dan lemas sehingga setelah sampai dirumah teman saya di Majenang saya langsung beristirahat dan berencana untuk pulang ke Tasik pada keesokan harinya.
 
Mungkin itulah sedikit cerita yang saya alami pada kisah kali ini dan khusus untuk pendakian kali ini kami ada sedikit film dokumentasi yang saya uploud di channel youtube saya sendiri, barangkali ada yang ingin melihat silahkan boleh di klik link nya : https://www.youtube.com/watch?v=kSCJQN9ESvQ
Terimakasih...
Sampai bertemu di lain hari, terimakasih telah menjamu dan menyambut hangat kehadiran saya.....

Kamis, 04 Juli 2019

Pengalaman Pertama Naik Gunung dan Pada Akhirnya Ketagihan

Oke, nama saya Mohamad Adi Habibie.
Ini adalah sedikit pengalaman saya pada saat pertama kali naik gunung yaitu ke papandayan dan merupakan awal mula menyukai hobby ini, pada dasarnya saya memang menyukai bermain ke tempat bernuansa alam-alam tapi untuk gunung ini adalah kali pertama saya. Mungkin bahkan pasti dari setiap orang punya pengalaman dan ceritanya masing-masing yang pasti mengasyikan.
Pada saat itu tepatnya tanggal 16-17 Agustus 2018 saya beserta rekan kuliah saya pergi untuk mencoba naik gunung dan ingin merasakan HUT RI diatas gunung. Tadinya kami berencana naik sekitar 5 atau 6 orang untuk ke Cikuray, Garut. Tapi apalah daya pada saat H-1 terjadi sedikit problematika yang mengakibatkan rekan tim yang tadinya mau naik mendadak tidak jadi dan hanya menyisakan saya dan satu orang teman saya saja, hal itu memang sedikit mengecewakan khususnya buat saya sendiri. Untungnya rekan saya yang satu ini masih tetap mau untuk melakukan rencana yang kami buat, hingga dengan perundingan yang matang kami berdua tetap melanjutkan planning tersebut dengan peralatan dan perlengkapan yang seadanya.
Oke, tibalah tanggal 16 kami berangkat naik motor dari Tasikmalaya ke Cikuray jam 8an dan tiba di pos bayangan pemancar sekitar jam 10an. Kemudian kami berbincang dengan orang penjaga tersebut lalu ia bilang kalau jalan keatas masih jauh dan cukup parah untuk dilalui kendaraan dan merekomendasikan untuk naik pick-up yang disediakan orang-orang tersebut dengan membayar uang sewa. Saya yang masih awam dan benar-benar belum pernah naik gunung hanya terdiam karena memang belum tahu sama sekali dengan trek dan akses jalan disitu. Teman saya pun sama belum pernah naik ke gunung cikuray, tapi setidaknya dia punya sedikit pengalaman karena telah beberapa kali naik gunung. Akhirnya kami berunding dan tetap memaksakan naik motor karena malas bila harus membayar ini itu lagi. Akhirnya kami berangkat, sebelum berangkat kami diminta untuk membayar sedikit dengan seridhonya lalu kami langsung cusss.
Aduhai ternyata benar akses jalan via pemancar tergolong parah untuk dilalui, batu-batu besar dan tekstur tanah telah buat kami berdua sedikit menghela napas. Kemudian kami tiba di daerah perkebunan, dan diberhentikan oleh orang yang berjaga disitu untuk diminta membayar tiket masuk kawasan perkebunan 10 ribu/orang. "Ah sial kami mau naik gunung bukan ke perkebunan teh," celoteh candaan kami berdua. Tak lama dari situ motor yang kami tumpangi mengalami sedikit kendala dan saya sendiri sudah lelah dan malas untuk melanjutkan perjalanan karena kadang harus naik turun motor karena tidak kuat naik serta mengeluh tidak sampai-sampai. Akhirnya kami berhenti dan berbincang sambil melihat ke arah pemancar yang sudah mulai kelihatan. Sial masih jauh, dan posisi ku saat itu cape abis belum lagi harus berjalan naik bawa beban carrier ah sudahlah sudah terbayang, maklum baru pertama kali hehe.
Setelah berunding kami berdua balik lagi kebawah, karena kondisi yang kayanya gak memungkinkan daripada harus memaksakan."dasar gila udah setengah jalan balik lagi wkwk." Gak kerasa saat itu udah jam 1an, dimotor saya nanya gunung yang gak lama treknya kemana ? temen saya jawab "Papandayan", oke yaudah kesitu aja, kita pun bergegas kesana. Kami tiba jam 3an lalu bayar tiket masuk 55 ribu/orang + parkir 12 ribu.
Setelah istirahat setengah jam'an kami memulai lagi perjalanan, tak lama beberapa menit kemudian kaki dan badan saya mulai terasa lelah serta terus-terusan meminta break wkwk. Akhirnya langit mulai gelap dan kami tiba sekitar jam 6an, dengan penerangan seadanya dan suhu yang membuat agak menggigil kami membuat tenda yang saya sendiri belum tau cara memasangnya bagaimana hingga cuma membantu yang dipinta teman saya wkwk. Akhirnya tenda pun jadi, meski ada sedikit yang kurang maksimal tapi sudahlah yang penting sudah berdiri karena ingin cepat masuk kedinginan. Kami masak mie, kopi, dan makanan lainnya untuk menghangatkan badan serta perut yang mulai keroncongan.
Keesokan harinya sekitar jam 8an tanggal 17 kami diperintahkan untuk berkumpul pada satu titik untuk melakukan upacara bendera HUT RI. Setelah upacara kami memasak makanan dan bergegas untuk segera bersiap packing pulang. Jam 11an akhirnya kita mulai turun dan tiba dibawah sekitar jam 1an karena cukup lama mengabadikan foto-foto untuk kenangan. Kami beristirahat dulu dibawah kemudian setelah agak fit kembali kami melanjutkan perjalanan ke Tasikmalaya dan tiba dengan selamat.
Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan ternyata bisa menaiki gunung, lelah, panas, dingin, semuanya ada, tapi semua rasa itu seakan hilang dengan keindahan serta keseruanya dan entah kenapa saya malah jadi terpincut untuk kembali naik ke gunung-gunung yang lainnya. Dan ini adalah sedikit dokumentasi dari saya pada saat berada di papandayan:




Perjalanan kedua "Mt. Prau"

            Perjalanan kedua saya kali ini pergi ke sebuah gunung yang ada di Jawa Tengah tepatnya di desa Dieng, Wonosobo yakni Gunung...